Jumat, 06 April 2012

Hujan, asyik kok!


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE


Hari ini hujan lebat seperti hari sebelumnya. Hujan ini tampaknya mengusir “keyakinan” saya bahwa sekarang sudah masuk musim kemarau. Apalagi dengan hujan yang lebat seperti dua hari ini. Hujan selalu memberikan nuansa yang berbeda. Di saat suhu kota Bandung yang mulai merangkak naik akhir-akhir ini, hujan seakan menjadi suatu penyejuk. Hujan seringkali mampu mengungkap kembali kenangan masa kecil. Bau hujan yang khas, seakan-akan dapat melemparkan diri saya ke ruang masa kecil yang bahagia.

Namun kadangkala hujan tidak kita terima dengan lapang hati. Sering kita ngedumel ketika hujan turun, tentunya dengan seribu alasan. Takut cucian tidak kering, aktivitas terhambat, becek, dan yang paling ekstrim memang takut banjir. Sering justru kita menolak datangnya sang hujan. Saya jadi sedikit berpikir, bagaimana jika hujan itu adalah makhluk yang memiliki perasaan. Apa yang akan dia rasakan ketika kedatangannya justru ditolak? Memang, penolakan dari manusia tidak lekang dari sifat manusia yang suka mengeluh atau suka enaknya saja. Coba kalau misalkan hujan itu tidak turun, atau terlambat turun. Orang pasti sudah resah mengapa sang hujan tidak turun juga. Orang akan melakukan banyak upaya untuk mengundang sang hujan, mulai dari membuat hujan buatan, dengan mengundang uap air. Hingga melakukan sholat istiqa’ untuk memohon hujan kepada ALLAH SWT.

Sudah semestinya kita mencoba untuk mengerti “perasaan” sang hujan ketika dia datang, sehingga dia juga akan berperilaku baik kepada kita. Sudah semestinya kita berperilaku baik terhadap lingkungan, sehingga lingkungan juga akan berperilaku baik terhadap diri kita. Bukankah semua hukum mengenai kehidupan adalah hukum aksi reaksi? Ketika kita memperlakukan baik terhadap seseorang atau sesuatu, maka dia juga akan memperlakukan baik diri kita. Sama seperti hujan. Mau bagaimanapun hujan adalah makhluk ALLAH, sama dengan diri kita. Bagaimana perasaan kita ketika kedatang kita ditolak dan tidak disyukuri? Jelas akan tersinggung. Mungkin sang hujan tidak akan “tersinggung” secara langsung, namun ALLAH sebagai pencipta sang hujan lah yang akan “tersinggung”. Hujan datang bukan untuk ditolak, namun untuk disyukuri karena hujan membawa rahmat bagi semua makhluk di dunia. Rahmat untuk manusia, tumbuhan, binatang, dll.

Nikmatilah suasana hujan dengan baik. Bisa jadi momen hujan adalah momen yang berkesan. Saat hujan tiba, paling tidak aktvitas di luar rumah atau di luar gedung akan dihentikan. Orang akan cenderung melakukan aktivitas “menunggu” di saat hujan. Nah, dari pada menggunakan aktivitas menunggu tersebut untuk berkeluh kesah, kita bisa gunakan untuk melakukan banyak hal yang positif. Apa saja itu?

1. Bersantai dengan menonton TV

Ini merupakan aktvitas yang paling santai dan menghibur. Namun perlu diingat untuk hati-hati menyalakan televisi di saat hujan, apalagi jika menggunakan pemancar TV yang tinggi (yang mungkin sudah jarang ditemui saat). Selain itu, aktivitas ini relatif tidak produktif dan cenderung membosankan dan bisa saja justru memberikan hal yang negatif.

2. Merenung

Menunggu sambil merenung, melakukan introspeksi, dan memikirkan resolusi atau suatu pemecahan terhadap permasalah sepertinya akan lebih terasa santai dan relaks ketika ada alunan suara hujan rintik dipadukan dengan kehangatan dari teh ataupun kopi. Manusia dengan problematika yang kompleks, membutuhkan saat-saat untuk berhentik sejenak dan merenung. Proses merenung dapat membuat otak berpikir secara lebih mendalam untuk memahami suatu permasalahan. Sehingga ada suatu perpaduan yang serasi antara hujan rintik, merenung, dan teh. Ketiga memberikan kesan mendalam dan relaks.

3. Mengobrol santai

Sebagai suatu makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa lepas dari mengobrol. Obrolan santai bisa memunculkan kebahagian. Iya, bahagia itu tidak perlu dengan materi yang berlimpah atau suatu aktivitas refreshing nan membutuhkan uang. Bahagia itu terkadang cukup dengan mengobrol santai, saling mencurahkan perhatian dengan ditemani teh atau kopi. Perpaduan yang sempurna terutama bagi pasangan hidup. Sambil berada di teras halaman, ditemani dengan segelas teh hangat dan obrolan dari hati, tampaknya menjadi suasana yang romantis.

4. Bermain hujan

Bermain hujan-hujanan, adalah suatu aktivitas anak kecil. Anak-anak seringkali asyik dan tidak menghiraukan teriakan orang tua yang melarang mereka. Lihatlah ekspresi anak-anak ketika bermain hujan. Tampaknya tidak pernah ada anak-anak yang bermain hujan sambil bersedih hati. Rata-rata mereka tertawa. Dan kita percaya bahwa tertawa adalah ungkapan bahagia. Tertawa diyakini merupakan satu aktivitas ekspresi manusia yang dapat menghilangkan kepenatan. Bermain hujan, bukan merupakan hak prerogatif untuk anak saja, orang dewasa pun tidak ada salahnya sesekali bermain hujan.

5. Membaca buku ditemani teh dan radio

Aktivitas lain yang dapat dilakukan dengan asyik adalah membaca buku. Membaca buku dengan topik ringan, ditemani oleh alunan musik berirama slow seperti jazz dari radio merupakan aktivitas yang nikmat ketika hujan. Sembari mendapatkan pengetahuan dari buku atau dapat berimajinasi dari novel dan cerpen yang dibaca, tentu saja kita bisa mendapatkan sensasi relaks dari aktivitas ini.

6. Menulis

Di antara aktivitas yang dapat dilakukan saat “menunggu” hujan, aktivitas ini merupakan aktivitas yang paling produktif. Apalagi jika dari aktivitas ini terlahir suatu artikel, jurnal, atau bahkan buku baik nonfiksi ataupun fiksi. Hujan bisa jadi suatu momen yang memberikan inspirasi bagi kita untuk menulis. Bagi seorang penulis, suatu topik seringkali muncul ketika ada kondisi yang tepat. Dan, hujan dapat menjadi satu pendorong untuk berpikir kreatif menemukan kata, kalimat, frasa, atau bahkan ide yang tertahan.

Tampaknya ketika hujan, ada banyak hal yang bisa dilakukan di saat kita “menunggu”. Ada banyak ide yang bisa mengalir, dan ada banyak rezeki yang tertumpahkan dari langit. Mari kita syukuri dan bukan untuk dikeluh kesahi. Bukankah hujan memang merupakan rahmat?

kamis, 5 April 2012